Kesadaran akan lingkungan hidup saat ini menjadi isu utama di hampir semua negara, termasuk Indonesia. Bumi kita makin rapuh dan perubahan iklim tambah tak menentu.
Sudah saatnya bertindak guna menjamin perlindungan kesehatan mereka yang lemah dari dampak perubahan iklim. Artinya, setiap negara harus meningkatkan upaya dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), mulai dari menurunkan kematian anak hingga memberdayakan perempuan, sebagai komponen utama tanggapan internasional terhadap perubahan iklim.
Lalu, apa saja sebenarnya dampak buruk perubahan iklim itu…???
Yang sudah di depan mata dan dirasakan adalah gangguan cuaca seperti panas amat terik (gelombang panas) hingga curah hujan di atas rata-rata yang disertai badai, banjir, kekeringan, dan berbagai bencana alam lainnya.
Selain itu perubahan iklim juga berdampak pada pasokan air dan makanan, munculnya pola-pola baru penyakit infeksi, dan merebaknya penyakit yang terkait dengan ekosistem. Kejadian-kejadian itu yang meningkatkan risiko terganggunya kesehatan.
Penyakit Mematikan
Direktur Jenderal WHO, Dr. Margaret Chan, menegaskan bahwa iklim dan cuaca telah memberikan pengaruh kuat terhadap kesehatan, yaitu kematian akibat gelombang panas dan akibat bencana alam seperti banjir. Selain itu, iklim dan cuaca ini juga memengaruhi pola penyakit menular yang mematikan, contohnya malaria dan demam berdarah dengue.
Ia menambahkan, perubahan iklim itu akan memberikan dampak lebih parah terhadap negara-negara berkembang yang sebagian masih miskin. Ketiadaan dana telah membuat mereka tak mampu melaksanakan berbagai program persiapan dan tanggap darurat.
Akibatnya, korban karena penyakit terkait perubahan iklim lebih banyak ditemukan di negara berkembang. Ditambah lagi, di negara berkembang, terutama Indonesia, tindakan hukum terhadap perilaku manusia yang memicu pemanasan global dan kerusakan ekosistem, sangat lemah.
Berdasarkan laporan terbaru Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC), cukup banyak bukti bahwa umat manusia telah menyebabkan terjadinya perubahan iklim, yang berimplikasi luas terhadap kesehatan manusia.
Namun, banyak risiko kesehatan itu yang seharusnya bisa dielakkan, yaitu intervensi pemerintah melalui peningkatan program kesehatan dan langkah preventif terhadap upaya perusakan lingkungan dan eksplorasi sumber daya alam secara berlebihan. Tanpa keterlibatan pemerintah, niscaya akan lebih banyak korban berjatuhan akibat penyakit dan dampak perubahan iklim di masa mendatang.
Makin Kelaparan
Kenyataan itu juga dibenarkan oleh Erna Witoelar, Duta Besar Khusus PBB soal program Pembangunan Abad Milenium (Millennium Development Goals/ MDGs). Ia mengakui, perubahan iklim telah menyebabkan kondisi ekstrem, seperti mencairnya es di kutub utara, menurunnya hasil pertanian yang berdampak pada risiko kelaparan, meningkatnya permukaan air laut dan ketidakseimbangan ekosistem, perubahan ekosistem dan siklus hidrologi.
Semuanya itu dapat membahayakan kesehatan manusia. Salah satu model pentahapan upaya antisipasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan adalah mengutamakan dampak kesehatan akibat perubahan iklim pada seluruh program kesehatan, dampak kesehatan akibat perubahan iklim pada rencana pembangunan di tingkat lokal dan nasional, akses terhadap sumber keuangan untuk pengembangan program percontohan sebagai upaya adaptasi. Selain itu, pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam penanggulangan dampak perubahan iklim.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Adang Bachtiar mengungkapkan beberapa isu penting menyangkut perubahan iklim. Di antaranya tentang efek rumah kaca yang meningkatkan kadar C02 hingga 31 persen, metana 151 persen, N02 17 persen, sehingga memicu kenaikan suhu rata-rata bumi 0,2-0,4 per dekade, serta meningkatkan permukaan laut antara 15-95 cm pada tahun 2100.
Mutasi Virus
Perubahan itu akan memengaruhi sumber air bersih yang menjadi kebutuhan orang banyak, bahkan suatu negara. Hal serupa juga berpengaruh terhadap sistem pertanian, hutan, sumber daya hayati, dan derajat kesehatan. Jika masalah ini tidak segera ditangani dan disadari secepatnya juga akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, penduduk, tata kemasyarakatan, produktivitas dan teknologi, serta penggunaan lahan dan energi.
Ia menjelaskan pengaruh perubahan iklim terhadap kesehatan baik secara langsung maupun tidak. Secara langsung di antaranya banjir, gelombang panas, kekeringan hingga kelaparan. Secara tidak langsung berupa perubahan sistem lingkungan yang ditandai meningkatnya polusi di kota besar serta penurunan kualitas tanah di pedesaan.
Pengaruh tidak langsung itu bisa berupa perubahan sistem biologis seperti mutasi virus, peningkatan jumlah nyamuk, proses fotosintesis tumbuhan, serta perubahan struktur dan fungsi ekosistem seperti perikanan, siklus makanan, produk hutan, dan mikroba.
Mengendalikan Pencemaran
Dibutuhkan kesadaran semua pihak atas dampak perubahan iklim terhadap kesehatan melalui upaya mitigasi dan adaptasi, baik pada tingkat manusia maupun lingkungan. Upaya mitigasi dan adaptasi dalam pengendalian dampak kesehatan perubahan iklim antara lain, kebijakan kawasan sehat, pembangunan kapasitas kesehatan lingkungan, manajemen vektor terpadu, tindakan kesehatan emergensi, survelans terpadu, pengendalian pencemaran lingkungan, program air bersih dan sanitasi, serta pemberdayaan masyarakat.
Di tingkat nasional, telah ada Komite Nasional Perubahan Iklim Lintas Sektor dan di Depkes ada Forum Komunikasi Lintas Program Antisipasi Dampak Kesehatan Akibat Perubahan lklim.
Pemikiran profesi kesehatan masyarakat dalam melakukan adaptasi adalah integrasi adaptasi perubahan iklim pada pelayanan kesehatan, fokus terhadap kapasitas sistem kesehatan, penyadaran masyarakat, dan setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya kelompok tertentu.
Secara individu, upaya paling gampang dilakukan adalah melakukan penghematan dalam segala hal dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar.
Lakukan Sekarang Juga…!!!
Apa sebenarnya yang dapat kita lakukan secara pribadi untuk membuat bumi ini bisa tersenyum di tengah perubahan iklim global?
Berikut beberapa hal yang disarankan WHO:
* Belilah perlengkapan rumah tangga hemat energi. Jika hendak membeli mesin cuci, lemari es, alat pencuci piring, atau oven, pilihlah model yang paling efisien konsumsi energinya, yang juga sesuai dengan kemampuan Anda.
* Cobalah lebih terlibat dengan acara diskusi, penyebaran informasi, brosur, dan poster tentang perubahan iklim dan isu kesehatan lingkungan.
* Nikmati dan manfaatkan matahari! Pasanglah panel surya di atas atap rumah. Mari jadikan rumah dan atau kantor Anda sebagai stasiun energi bersih sekaligus sumber cahaya alami.
* Hindari membiarkan pintu lemari es terbuka lebih lama dari yang diperlukan. Biarkan makanan menjadi dingin benar sebelum dimasukkan ke dalam lemari es atau freezer.
* Hitung jejak karbon pribadi Anda dari mulai mengendarai mobil hingga penggunaan sepeda motor. Sekali seminggu berangkat ke kantor naik sepeda (bike to work) dapat mulai Anda coba. Bisa juga Anda bersepeda saat pergi ke pasar, paling tidak untuk mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar.
* Terapkan falsafah hijau! Bila akan membeli mobil, belilah yang konsumsi bahan bakarnya efisien dan ramah lingkungan. Upaya ini akan menghemat uang Anda dan membantu lingkungan.
* Kurangi emisi hingga separuhnya. Caranya, naikkan suhu AC sebanyak 5 derajat Celsius.
* Bepergianlah dengan bijak. Kurangi perjalanan udara. Bepergian dengan pesawat udara berkontribusi secara signifikan terhadap emisi karbon dioksida yang mengarah pada perubahan iklim.
* Libatkan keluarga, teman, anak-anak, dan tetangga Anda! Bergabunglah dengan suatu kelompok lingkungan. Cari tahu aksi apa saja yang dilakukan kelompok lingkungan di sekitar Anda atau bentuklah kelompok baru.
* Ganti bola lampu yang sering Anda gunakan dengan neon hemat energi. Meski harganya lebih mahal dari lampu biasa, Anda sudah berhemat banyak karena hanya memakai seperempat dari beban listrik yang digunakan lampu biasa.
* Kurangi penggunaan bahan kimia beracun. Gunakan cat, pembersih, atau pengusir hama yang tidak beracun, yang dapat dihancurkan (bio-degradable) dan berbasis air atau tanaman.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon